h1

Kabupaten Kuningan “?”

Desember 23, 2007
SERING dilupakan banyak orang, yang dijual dalam pemasaran pariwisata hanyalah sebatas keindahan alam. Pantainya yang indah dengan suasana memikat tatkala matahari terbenam, atau panorama keindahan alam lainnya yang selama ini selalu ditampilkan sebagai primadona obyek wisata di Jawa Barat.

Dalam soal yang satu ini, Kabupaten Kuningan sangat boleh jadi tergolong minim. Keindahan alamnya, hanya di beberapa lokasi saja yang sebenarnya bisa dijual. Kuningan, salah satu wilayah di antara Kabupaten Cirebon (di utara) dan Kabupaten Ciamis (di selatan), sama sekali tidak memiliki pantai. Daerahnya di sebelah timur berbatasan dengan Jawa Tengah.

Namun, kondisi seperti itu sama sekali bukanlah berarti Kuningan tidak memiliki potensi yang bisa dijual untuk mengembangkan daerah tersebut menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Berbagai obyek wisata yang selama ini banyak dikunjungi antara lain Linggajati, Sangkanurip dan Waduk Darma, Cibulan, Talaga Remis, serta obyek wisata lainnya telah lama menjadi pilihan wisatawan, terutama wisatawan domestik.

Di Sangkanurip, selain tersedia hotel berbintang, wisatawan bisa memanjakan diri dengan mandi air panas dan spa. Jika suatu pagi berdiri di daerah yang dinamakan Linggajati, kita bisa menikmati bagaimana indahnya matahari terbit menyinari punggung Gunung Ciremai bagian timur yang menjulang pada ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut. Bagi mereka yang gemar bertualang dengan mendaki gunung, Ciremai merupakan medan tantangan menarik.

Nama Linggajati yang berasal dari kata “lingga” dan “jati”, erat kaitannya dengan batu berukuran tiga perempat meter yang terletak di salah satu lokasi pada ketinggian 2.300 meter. Daerahnya bisa ditempuh dari punggung gunung sebelah timur, setelah melewati jalan lurus terjal yang melelahkan. Batu yang dinamakan “lingga” itu oleh penduduk setempat dikeramatkan. Konon, tempat tersebut dipercaya pernah dijadikan tempat pertemuan wali songo yang dipimpin Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

***

KABUPATEN Kuningan tergolong sebagai wilayah kecil dengan luas 80.503 ha, sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan pertanian. Namun, sejarah dan latar belakang serta budaya daerahnya yang unik sekaligus menarik, sebenarnya merupakan kekayaan yang jarang dimiliki oleh daerah lainnya di Jawa Barat, sehingga daerah ini tidak patut berkecil hati. Jika cukup cekatan dan kreatif dalam mengembangkan pariwisata seja-rahnya, Kuningan tidak mustahil seperti maskot yang dijadikan lambang daerahnya, “Ke-cil-kecil Kuda Kuningan”.

Melalui berbagai peninggalan, baik pada zaman prasejarah maupun zaman perang kemerdekaan, daerah ini ibarat sebuah museum besar yang menyimpan kekayaan warisan budaya. Situs-situsnya tersebar hampir di semua wilayah, mencerminkan potensi yang tidak kecil. Keadaan itu sekaligus merupakan lahan tantangan para ahli untuk meneliti masa lalu daerah ini, mengingat sejarah Kuningan dapat dilacak hingga kira-kira 3.000 tahun sebelum masehi (SM).

Peninggalan zaman prasejarah sebagaimana ditemukan ahli kebudayaan Belanda Van der Hoop pada tahun 1935 sampai penelitian lanjutan yang dilakukan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional sejak tahun 1963, membuktikan hal itu. Setelah melalui berbagai penelitian lanjutan, benda-benda purbakala pada masa neolitik dan masa awal perunggu/besi itu kemudian disimpan di Museum dan Taman Purbakala Cipari, sebuah daerah yang letaknya sekitar 5 km dari Kota Kuningan.

Selain itu, tiga situs lainnya yang lokasinya saling berdekatan di Sagarahyang diduga kuat sebagai lokasi bekas kerajaan pertama Kuningan, dengan rajanya Seuweukarma yang berkuasa pada zaman Hindu. Ketiga situs yang terletak di Desa Sagarahyang, Kecamatan Darma, itu masing-masing situs Ciacra tem-pat ditemukannya patung sapi dan Dewa Syiwa, situs Linggayoni karena ditemukan lingga dan yoni serta situs pundek berundak di situs Linggahiang.

Jalinan rangkaian itu masih terus berlanjut sampai masuknya Islam ke Pulau Jawa, di mana Kuningan menjadi bagian dari Kerajaan Islam Cirebon di bawah pimpinan Sunan Gunung Jati. Di masa perang kemerdekaan, daerah ini kembali mencatat sejarah sebagai tempat pertemuan antara delegasi Belanda dan Indonesia. Delegasi Indonesia dipimpin Perdana Menteri Sutan Sjahrir, Mr Soesanto Tirtoprodjo, Dr AK Gani, dan Mr Mohammad Roem. Sedangkan delegasi Belanda terdiri dari Prof Ir Schmerhorn (ketua), Mr Van Pool, Dr Van de Boor, dan Dr Van Mook. Sebagaimana diketahui, perundingan yang dipimpin koordinator sidang Lord Kilearn dari Inggris itu kemudian melahirkan Perjanjian Linggarjati.

Atas dasar perjanjian itu pulalah, Sutan Sjahrir yang jadi utusan khusus Presiden RI mendapat peluang berbicara di depan Sidang Dewan Keamanan PBB pada tahun 1947 sehingga internasionalisasi konflik Indonesia-Belanda sebagai sesuatu yang paling ditakuti Belanda, akhirnya menjadi kenyataan.

Sayang, gedung bekas hotel yang sebelumnya milik janda Jasitem itu, keadaannya kini kurang mendapat perawatan karena kesulitan biaya.***

Satu komentar

  1. […] Kabupaten Kuningan “?” […]



Tinggalkan komentar